Pendidikan berkualitas mutlak diperlukan untuk meningkatkan kompetensi siswa dalam menghadapi tantangan kemajuan jaman di era globalisasi. Siswa dan guru di daerah perkotaan akan sangat mudah untuk mendapatkan akses informasi dan teknologi terbaru mengenai perkembangan dunia. Tentu hal ini akan sangat membantu siswa dalam memahami pelajaran yang selalu membutuhkan informasi baru seperti pengetahuan yang berkaitan langsung dengan teknologi dan pengetahuan sosial yang membutuhkan informasi mendetail. Sudah pasti kesejahteraan guru yang berda di daerah perkotaanpun terpenuhi pula, sebab mereka yang berada semakin dekat dengan pusat pemerintahan baik pusat, propinsi, kabupaten akan selalu mendapatkan perhatian. Hal ini berbeda dengan dunia pendidikan yang berada di daerah pedalam ataupun yang berada di derah kepulaun terluar Indonesia. Perjuangan guru-guru di wilayah pedalaman bukan lagi soal gaji yang tak cukup atau transportasi ke lokasi mengajar yang jauhnya bukan main. Kemauan dan kreativitaslah yang mereka butuhkan untuk membuat siswanya bersemangat dan mudah menyerap pelajaran. Bagi para guru di perkotaan, mengajar bukan masalah besar karena banyaknya kemudahan sarana dan prasarana. Namun, di pedalaman nan jauh dari pusat kota, mereka mengalami banyak kendala untuk meningkatkan kualitas pengajarannya.

Ketika di perkotaan sudah menggunakan sistem kurikulum yang susun oleh pemerintah, hal ini tidak bisa dijalankan secara penuh di pedalaman. Bagaimana mungkin para guru di pedalaman dapat manjalankan semua yang telah disusun dalam kurikulum jikalau media pendukung pembelajaran tidak dapat ditemukan. Bahakan yang lebih menyakitkan untuk didengar adalah banyak siswa di pedalaman yang tidak mungkin untuk dapat balajar secara normal sebab buku pelajaran, buku bacaan dan alat tulis sulit didapat karena jauhnya letak desa mereka dengan perkotaan. Apalagi untuk berpakaian seragam sekolah dan bersepatu, namun mereka punya semangat yang kuat untuk terus belajar. Sementara itu di satu sisi guru-guru yang mengajar di daerah pedalaman tidak mendapatkan hak nya. Banyak diantara mereka yang tidak di gaji secar penuh, bahkan tidak jarang harus menunda berbulan-bulan untuk dapat menerima gaji. Tak banyak sosok guru yang mau mengajar di daeah seperti ini. Apalgi bagi mereka yang saat ini mendapatkan sertifikasi. Zaman memang telah berubah, kebutuhan dan tuntutan hidup semakin tinggi, tetapi masyarakat pedalaman tetap mendambakan kesetian dan pengabdian guru untuk mau tinggal bersama mereka.

Minimnya guru yang bersedia mengabdi di daerah pedalaman dan kepulauan terluar Indonesia, menjadikan permasalah pendidikan di daerah seperti ini semakin runyam. Maka tidak jarang kita jumpai anggota TNI merangkap jabatan sebagi guru mulai dari tingkat SD hingga SMP. Para guru yang tidak tahan dengan lingkungan sepi dan terisolir lebih memilih untuk mengajukan mutasi ke daerah yang lebih baik. Di satu sisi pemerintah sama sekali tidak tanggap dengan permasalahan ini, padahal ini telah berlangsung puluhan tahun sejak kemerdekaan Indonesia. Terimakasih guruku yang telah bersedia mengabdikan dirimu dilokasi yang terisolir.

Sumber : Aswah Ridhowi. dhowi_fapetub@yahoo.co.id (suara marhaen)