welcome to my simple writing, may be useful for us all, amen

Akhirnya penyuntingan Campus Pelangi selesai juga, meski banyak yang belum sempurna. Namun, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan, jadi sepertinya tidak apa-apa jika blog saya ini tidak sempurna. (ngeles mode : ON) ^_^

Seperti yang saya tulis dalam ucapan Selamat Datang, Chu Pelangi, ini adalah tempat di mana ketujuh warna terkumpul. "Terkumpul" loh ya!, bukan "berkumpul". Sebab kata "terkumpul" dan "berkumpul" memiliki makna yang berbeda. "Berkumpul" artinya sengaja mengumpulkan diri, dan "terkumpul" artinya tidak sengaja berkumpul. Yah, begitulah kira-kira. :)

hooooh.. indahnya pelangi itu di antara derasnya air terjun di atas sungai yang tenang.. seandainya aku di sana.. dan menjadi sebutir embun di dalamnya

Selasa, 02 November 2010

Membangun Masyarakat Pedesaan Yang Mandiri (Building Rural Communities The Independent)

Ribuan desa yang berada di Indonesia dengan segala potensi yang dimiliki ternyata tidak dapat membuat desa itu maju. Ya meskipun tidak semuanya, namun hanya beberapa persen desa saja yang dapat mengoptimalkan potensi yang dimiliki baik sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Harus diakui bahwa masyarakat yang tinggal di pedesaan umumnya adalah masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah, sehingga mereka semakin tertinggal dengan masyarakat perkotaan jika tidak diperhatikan dengan baik. Masyarakat pedesaan sangat minim tersentuh secara langsung oleh program-program pemerintah.

Kalaupun tersentuh paling-paling hanya 5 tahun sekali yaitu pada saat pemilihan kepala daerah, pilleg dan pilpress, ya..itulah yang dapat kita saksikan. Setelah semuanya selesai maka selesai pula perhatian pemerintah kepada masyarakat pedesaan. Memang saat ini telah banyak program pengembangan pedesaan yang dipromosikan di televise sebagai acuan keberhasilan program pemerintah. Namun faktanya keberhasilan itu tidak lebih banyak dibandingkan dengan ketidak berhasilannya.

Tampaknya pejabat-pejabat pemerintah masih tidak sadar bahwa pembanguan yang selama ini dilakukan oleh sistem yang sedang berjalan adalah pemabangunan yang beroreintasi pada pembangunan perkotaan. Menarik investor sebanyak mungkin manjadikan acuan program yang selalau dibanggakan oleh seluruh kepala daerah di Indonesia. Sehingga perkotaan semakin ramai, dan pedesaan semain sepi. Itulah faktannya….kota semakin menjadi tujuan untuk mencapai impian. Masyarakat lebih memilih berkerja di kota ketimbang mengolah lahan persawahannya di rumah.

Sebagaimana janji-janji kampanye terdahulu bahwa jika mereka terpilih maka kesempatan kerja semakin besar, pengangguran menurun, kemiskinan menurun dan bla..bla..bla… Memang bagus sekali idenya, namun upaya untuk mencapai ide tersebut agar terwujud sangat memperihatinkan. Mendirikan pusat per belanjaan dengan maksud meningkatkan pendapat daerah dan memper kerjakan masyarakat, ternayat justru membunuh pasar-pasar tradisonal dan kios-kioas kecil yang jumlahnya ribuan.

Padahal jikaulau kesempatan kerja itu sudah tidak didapatkan di kota dan arus urbanisasis dari desa ke kota tidak berhenti maka kasus sosial pun merebak, mulai dari kriminalisasi hingga lokalisasi. Dan justru hal ini lebih banyak membawa efek buruk.

Mestinya pembangunan yang dilakukan saat ini lebih berorientasi pada pembangunan di pedesaan. Pemberdayaan UMKM, koperasi, peternakan, pertanian dan perikanan dapat menjadikan masyarakat kita sadar bahwa berkarya di daerah sendiri lebih memberikan makna yang besar dibandingkan menjadi buruh di kota atau TKI di luar negeri. Dengan terciptanya lapangan pekerjaan di desa melaui berbagai program kemandirian yang dilakukan oleh masyarakat yang didukung pemerintah, maka arus urbanisasi dari desa ke kota dapat di tekan. Akibatnya berbagai persoalan yang muncul di perkotaan dapat berkurang. Semoga saja pemerintah dan rakyat pedesaan menjadi sadar.

sumber : Aswah Ridhowi. dhowi_fapetub@yahoo.co.id (suara marhaen)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar