welcome to my simple writing, may be useful for us all, amen

Akhirnya penyuntingan Campus Pelangi selesai juga, meski banyak yang belum sempurna. Namun, karena kesempurnaan hanya milik Tuhan, jadi sepertinya tidak apa-apa jika blog saya ini tidak sempurna. (ngeles mode : ON) ^_^

Seperti yang saya tulis dalam ucapan Selamat Datang, Chu Pelangi, ini adalah tempat di mana ketujuh warna terkumpul. "Terkumpul" loh ya!, bukan "berkumpul". Sebab kata "terkumpul" dan "berkumpul" memiliki makna yang berbeda. "Berkumpul" artinya sengaja mengumpulkan diri, dan "terkumpul" artinya tidak sengaja berkumpul. Yah, begitulah kira-kira. :)

hooooh.. indahnya pelangi itu di antara derasnya air terjun di atas sungai yang tenang.. seandainya aku di sana.. dan menjadi sebutir embun di dalamnya

Kamis, 18 November 2010

PENGEMBANGAN PROFESI GURU PENDIDIKAN JASMANI DALAM LANDASAN KEPENDIDIKAN

Oleh

Ela Sukminawati, S.Pd.

clip_image003

A. Dasar Pemikiran

Profesi guru adalah termasuk profesi tua di dunia. Pekerjaan mengajar telah ditekuni orang sejak lama. Pada zaman prasejarah proses belajar mengajar berlangsung melalui pengamatan dan dilakukan oleh keluarga.
Profesi guru pada sistem persekolahan mulai berkembang di persada Nusantara pada zaman kolonial.

Guru telah ikut berperan dalam pembentukan Negara-Bangsa Indonesia yang memiliki bahasa nasional Bahasa Indonesia. Profesi guru pernah menjadi profesi penting dalam perjalanan bangsa ini dalam menanamkan nasionalisme, menggalang persatuan dan berjuang melawan penjajahan.

Sayangnya dalam beberapa dekade yang lalu dan masih berlanjut sampai kini profesi guru dianggap kurang bergengsi dan kinerjanya dinilai belum optimal serta belum memenuhi harapan masyarakat. Akibatnya mutu pendidikan nasional pun dinilai terpuruk.

Persoalan guru semakin menjadi persoalan pokok dalam pembangunan pendidikan, disebabkan oleh adanya tuntutan perkembangan masyarakat dan perkembangan global. Hingga kini persoalan guru belum pernah terselesaikan secara tuntas. Persoalan guru di Indonesia adalah terkait dengan masalah-masalah kualifikasi yang rendah, pembinaan yang terpusat, perlindungan profesi yang belum memadai dan persebarannya yang tidak merata sehingga menyebabkan kekurangan guru di beberapa lokasi. Segala persoalan guru tersebut timbul oleh karena adanya berbagai sebab dan masing-masing saling mempengaruhi.

Melihat pendidikan di negara kita yang mutunya masih kurang baik maka pemerintah harus segera memperbaiki agar mutu pendidikan di Indonesia bisa terangkat dan dapat disejajarkan dengan negara asia lainnya. Didalam meningkatkan mutu pendidikan di ndonesia peran guru sangat penting maka sangatlah dibutuhkan para guru-guru yang profesional. Untuk itu, seorang guru harus mampu meningkatkan profesionalismenya sebagai seorang pendidik

B. Landasan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga

1. Landasan Dasar UU

Menurut Undang-Undang RI No 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam pasal 1 dijelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan pelatihan bagi peranannya di masa datang. Hal ini berarti pendidikan dapat memberikan modal berupa kemampuan baik secara fisik maupun pikiran bagi manusia untuk menyelesaikan dan mengarungi tantangan kehidupan pada masa mendatang.

2. Pengertian Pendidikan Jasmani

Secara umum dan mudah dapat dikatakan bahwa pengertian pendidikan jasmani adalah pendidikan melalui aktivitas gerak / fisik / jasmani. Jadi pendidikan jasmani adalah bagian dari pendidikan, hanya saja media yang dipilih adalah melalui aktivitas gerak / fisik / jasmani, sehingga dikatakan bahwa pendidikan jasmani merupakan kepanjangan tangan dari pendidikan itu sendiri.

3. Pengertian Olahraga

Olahraga berasal dari kata Sport yang arti aslinya adalah bersenang-senang. Hal ini terwujud dalam bentuk permainan yang kompetitif / penuh persaingan. Disanalah bentuk dari maksud kata bersenang-senang. Menurut International Council of Sport and Phisical Education (ICSPE) olahraga adalah kegiatan fisik yang mengandung sifat permainan dan berisi perjuangan baik dengan diri sendiri, orang lain, ataupun alam. Didalamnya terdapat pertandingan ataupun perlombaan.

4. Perbandingan Pendidikan Jasmani dan Olahraga

Telah banyak diketahui bahwa masih banyak kesalahan persepsi tentang pendidikan jasmani dan olahraga. Ada yang beranggapan bahwa pendidikan jasmani sama dengan olahraga. Apakah anda setuju ??? Bila anda menganggukkan kepala berarti anda harus belajar memahami perbandingan jasmani dan olahraga secara lebih mendalam lagi, karena anda memilih jawaban yang salah. Pendidikan jasmani berbeda dengan olahraga. Berikut akan ditinjau lebih dalam tentang perbedaan pendidikan jasmani dan olahraga, yaitu :

a. Aspek Aktivitas

Aktivitas pendidikan jasmani merupakan bagian dari pendidikan, sedangkan olahraga terbatas pada aktivitas olahraga itu sendiri. Selain aktivitas ritmik, aquatik, outbound, permainan dan aktivitas pengembangan tubuh maka aktivitas olahraga merupakan salah satu bentuk dari aktivitas pendidikan jasmani. Dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup aktivitas pendidikan jasmani lebih luas dan beragam daripada aktivitas olahraga.

b. Aspek Pusat Materi (Konsentrasi Utama)

Maksud dari kata pusat materi adalah fokus / konsentrasi utama dari aktivitas. Secara mudah dapat dijelaskan dengan “ Apa yang diinginkan melalui aktivitas ini ? ”. Pusat materi pada pada olahraga adalah bagaimana agar seseorang tersebut mampu memahami dan mempraktekkan teknik – teknik cabang olahraga secara benar dan tepat untuk mencapai tujuan olahraga. Jadi pada olahraga, mau tidak mau harus dapat melakukan teknik-teknik olahraga tersebut. Apabila ia belum mampu, maka ia harus berlatih meningkatkan teknik yang dimilikinya. Sebagai contoh : Target waktu lari 100 M putra adalah dibawah 10 detik, maka mau tidak mau seseorang tersebut harus terus dan terus berlatih untuk dapat berlari sprint 100 M dengan catatan waktu dibawah 10 detik. Dapat ditarik kesimpulan bahwa pusat materi pada olahraga adalah olahraga itu sendiri.

Pada pendidikan jasmani pusat materi adalah siswa. Sebagai contoh : siswa diajarkan lari sprint 100 Meter. Apabila siswa - siswa tersebut tidak dapat menempuh lari sprint dalam tempo kurang dari 10 detik, maka hal ini bukanlah masalah yang besar, karena bukan merupakan tuntutan olahraga. Hal ini tergantung dari apa yang ingin dicapai dari aktivitas lari sprint 100 meter yang telah ditetapkan sebelumnya oleh guru pendidikan jasmani. Mungkin tujuan yang diinginkan melalui lari 100 meter adalah bagaimana siswa belajar untuk berkompetisi dengan siswa lainnya, melatih daya ledak anaerobik dls sehingga dapat dikatakan, sekali lagi, pemilihan dan penetapan tujuan materi ajar disesuaikan dengan kondisi siswa yang telah diketahui sebelumnya oleh guru pendidikan jasmani.

C. Filsafat Pendidikan Jasmani

1. Idealisme Pendidikan Jasmani

a. Pendidikan jasmani bukan hanya berkenaan dengan jasmani, tapi juga pikiran. Hal ini berarti bahwa pendidikan jasmani harus memberikan sumbangan bagi perkembangan intelektual seseorang.

b. Latihan berat yang menekankan pada aktivitas kekuatan dan kesegaran jasmani dapat dipilih bila aktivitas tersebut dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan kepribadian seseorang, bukan hanya sekedar perkembangan aktivitas fisik.

c. Aktivitas jasmani harus dapat membantu siswa mengembangkan sifat jujur, berani, kreatif, sportif dll. Siswa mempunyai peran dan keleluasaan yang tinggi untuk mengembangkan diri.

d. Guru harus menjadi bentuk contoh yang baik dan layak menjadi contoh bagi siswa.

e. Bimbingan yang tegas dan sungguh sungguh jauh lebih penting daripada fasilitas dan peralatan karena guru sangat berperan dalam keberhasilan program.

2. Realisme Pendidikan Jasmani

a. Pendidikan jasmani membantu menyiapkan siswa menyesuaikan diri dalam kehidupan nyata sehari-hari.

b. Pendidikan jasmani menghasilkan produktivitas yang tinggi sehingga seseorang yang memiliki tingkat kesegaran jasmani yang baik maka mungkin produktif dalam masyarakat.

3. Pragmatis Pendidikan Jasmani

a. Siswa akan memperoleh pengalaman yang beragam dan bermakna melalui berbagai macam aktivitas / kegiatan.

b. Aktivitas bersifat sosialisasi yang berhubungan dengan olahraga beregu dan aktivitas kelompok yang dapat membantu siswa belajar terlibat secara kelompok.

c. Program ditentukan oleh kebutuhan dan minat siswa.

d. Guru adalah seorang motivator

e. Standarisasi bukan bagian dari program

4. Naturalisme Pendidikan Jasmani

a. Aktivitas jasmani bukan sekedar aktivitas gerak, namun juga sarana mengembangkan potensi individu.

b. Siswa dapat belajar bila ia telah siap secara fisik dan mental

c. Aktivitas permainan adalah bagian penting dari program pendidikan

d. Tidak menganjurkan kompetisi antar individu / kelompok, namun perbaikan dalam diri sendiri.

e. Pendidikan jasmani mencakup individu seutuhnya (fisik dan mental)

f. Eksistensialisme Pendidikan Jasmani

g. Siswa bebas memilih aktivitas yang akan dilakukannya.

h. Terdapat beragam aktivitas yang dapat dipilih

i. Aktivitas yang bersifat kompetitif (menang-kalah) tidak disarankan, melainkan lebih condong pada aktivitas pengembangan kreativitas.

j. Siswa belajar mengenal dirinya sendiri

k. Guru adalah konselor/ pemberi saran dan masukan

D. Permasalahan Guru di Indonesia

Permasalahan guru di Indonesia tersebut secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan masalah mutu profesionalisme guru yang masih belum memadai. Padahal sudah sangat jelas hal tersebut tidak menentukan mutu pendidikan nasional. Mutu pendidikan nasional yang rendah , salah satu penyebabnya adalah mutu guru yang masih rendah. Permasalahan guru di Indonesia harus diselesaikan scara komprehensif menyangkut semua aspek terkait yaitu kesejahteraan, kualifikasi, pembinaan, perlindungan profesi, dan administrasinya.

Sebenarnya sumber permasalahan pendidikan yang terbesar adalah adanya perubahan, karena itu permasalahan akan senantiasa ada sampai kapanpun. Institusi pendidikan dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan perkambangan yang ada dalam masyarakat. Demikian pula dengan guru, yang senantiasa dituntut untuk menyesuaikan dengan perubahan.

Akibatnya demikian banyak permasalahan yang dihadapi oleh guru, karena ketidakmampuannya menyesuaikan perubahan yang terjadi di sekelilingnya sebagai akibat dari keterbatasnnya sebagai individu atau karena keterbatasan kemampuan sekolah dan pemerintah. Jadi masalah pendidikan senantiasa muncul karena adanya tuntutan agar institusi pendidikan termasuk guru menyesuaikan dengan segala perkembangan yang ada dalam masyarakat.

E. Kompetensi Penting Profesi Guru

Profesionalisme guru di bangun melalui penguasaan kompetensi-komptensi yang secara nyata diperlukan dalam menyelesaikan pekerjaan. Kompetensi-kompetensi penting jabatan guru tersebut adalah : kompetensi bidang bidang substansi atau bidang studi, kompetensi bidang pembelajaran, kompetensi bidang pendidikan nilai dan bimbingan serta kompetensi bidang hubungan dan pelayanan/pengabdian masyarakat.

Pengembangan profesionalisme guru meliputi peningkatan kompetensi, peningkatan kerja dan kesejahteraannya. Guru sebagai profesional dituntut untuk senantiasa meningkatkan kemampuan, wawasan dan kreatifitasnya. Masyarakat telah mempercayakan sebagian tugasnya kepada guru.

Tugas guru yang diemban dari limpahan tugas masyarakat tersebut antara lain adalah mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan menjalani kehidupan, dan nilai-nilai. Selain itu guru secara mendalam harus terlibat dalam kegiatan maenjelaskan, mendefinisikan, membuktikan, dan mengklarifikasi. Tugasnya sebagai pendidik bukan hanya mentrnsfer pengetahuan, keterampilan dan sikap, tetapi mempersiapkan generasi yang lebih baik di masa depan.

Oleh karena itu guru harus memiliki kompetensi dalam membimbing siswa siap menghadapi kehidupan yang sebenarnya dan bahkan mampu memberikan teladan yang baik. Oleh karena itu guru harus siap untuk diuji kompetensinya secara berkala untuk menjamin agar kinerjanya tetap memenuhi syarat profesional yang terus berkembang. Kemampuan-kemampuan yang selama ini harus dikuasai guru juga akan lebih dituntut aktualisasinya. Misalkan kemampuannya dalam :

1. Merencanakan pembelajaran dan merumuskan tujuan.

2. Mengelola kegiatan individu.

3. Menggunakan multi metode dan memanfaatkan media.

4. Berkomunikasi interaktif dengan baik.

5. Memotifasi dan memberikan respons.

6. Melibatkan siswa dalam beraktifiktas.

7. Mengadakan penyesuaian dengan kondisi siswa.

8. Melaksanakan dan mengelola pembelajaran.

9. Memperbaiki dan mengevaluasi pembelajaran.

10. Menguasai materi pelajaran

11. Memberikan bimbingan, berinteraksi dengan sejawat dan bertanggung jawab.

12. Mampu melaksanakan penelitian.

Secara spesifik pelaksanaan tugas guru sehari-hari di kelas seperti membuat siswa berkonsentrasi pada tugas, harus dilanjutkan dengan aktivitas dan tugas tambahan yang tidak kalah pentingnya seperti membahas persoalan pembelajaran dalam rapat guru, mengkomunikasikan hasil belajar siswa dengan orang tua dan mendiskusikan berbagai persoalan pendidikan dan pembelajaran dengan sejawat.

Bahkan secara lebih spesifik guru harus dapat memgelola waktu pembelajaran dalam setiap jam pelajaran secara efektif dan efisien. Untuk dapat mengelola pembelajaran seara efektif dan efisien tersebut, guru harus senantiasa meningkatkan keterampilan dasarnya. Menurut Rosenshine dan Stevens ada sembilan keterampilan dasar yang penting harus dikuasai guru adalah keterampilan :

1. Membuka pembelajaran dengan mereview secara singkat pelajaran terdahulu yang terkait dengan pelajaran yang akan disajikan.

2. Menyajikan secara singkat tujuan pembelajaran.

3. Menyajikan materi dalam langkah-langkah kecil dan disertai latihannya masing-masing.

4. Memberikan penjelasan dan keterangan yang jelas dan detail.

5. Memberikan latihan yang berkualitas.

6. Mengajukan pertanyaan dan memberi banyak kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahamannya.

7. Membimbing siswa menguasai keterampilan atau prosedur baru.

8. Meemberikan balikan atau koreksi.

9. Memonitor kemajuan siswa.

Selain itu, tentu saja masih ada keterampilan lain yang harus dikuasai guru misalnya menutup pelajaran dengan baik dengan membuat rangkuman dan memberikan petunjuk tentang tindak lanjut yang harus dilakukan siswa. Singkatnya banyak hal-hal kecil yang harus diperhatikan dan dikuasai oleh guru secara komulatif membentuk suatu keutuhan kemampuan secara profesional yang bisa ditampilkan dalam bentuk kinerja yang optimal.

Dalam upaya meningkatkan prfesionalisme guru, maka guru sendiri harus mau membuat penelitian atas kinerjanya sendiri. Jadi, guru harus memperbaiki profesionalismenya sendiri, dan mayarakat membantu mempertajam dan menjadi pendorongnya.

F. Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme

Peningkatan profesionalisme guru sebenarnya ditentukan oleh seorang guru itu sendiri. Apakah seorang guru tesebut ingin menjadi seorang guru yang profesional atau tidak Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang guru jika ingin meningkatkan keprofesionalisme, yaitu :

1. Memahami standart tuntutan profesi yang ada.

Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan Profesionalismenya.Sebab, persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara, sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik. Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.

2. Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan.

Upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang di persyaratkan juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melului training, seminar, dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.

3. Membangun kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi.

Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jaringan kerja. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilkukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui jaringan kerja inilah guru dapat memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya.Dalam hal ini juga dapat di bina melalui jaringan kerja yang luas dengan menggunakan tekhnologi komunikasi dan informasi, misal melalui korespondensi dan mungkin melalui internet. Apabila hal ini dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dari sejawat guru di Indonesia bahkan dunia.

4. Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen.

Upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituenya yaitu siswa , Orang tua dan sekolah . Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang di danai, di adakan dikontrol oleh dan untuk kepentingan publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.

5. Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan inmormasi mutkhir agar senantiasa tidak keinggalan dalam kemampuannya menggelola pembelajaran.

Satu hal lagi yang dapat diupayakan ntuk peningkatan profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreatifitas dalam pemanfaatan tekhnologi komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media presentasi komputer dan juga pendekatan-pendekatan baru bidang tekhnologi pendidikan. Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukunganya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.

G. Referensi

Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Tim. Pendidikan Jasmani SMP/MTs, Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas, 2003, Undang-Undang R.I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas

J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain, Jakarta : Universitas Terbuka

Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Pannen. P. dkk ( 1999 ) Cakrawala Pendidikan. Jakarta : Universitas Terbuka.

Purwanto. ( 2000 ). Difusi Inovasi. Jakarta: STIA LAN Press.

Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar